Kamis, 10 Januari 2008

Kisah Tragis Pesebak Bola yang Meninggal Dunia




Masih ingat tragedi Marc-Vivien Foe? Pesepakbola Kamerun yang meninggal di lapangan sepakbola ketika membela Kamerun di piala Konfederasi 2003 melawan kolombia? Foe, yang ketika itu bermain di Manchester City, tewas karena serangan jantung.

Pada semifinal piala Konfederasi,26 juni 2003, saat pertandingan memasuki menit ke-72, Foe terjatuh dan meski medis langsung bertindak, nyawanya tidak tertolong. Ia meninggal sesaat setelah tiba di rumah sakit. Pertandingan itu dimainkan Stade de Gerland, markas klub Olympique Lyonnais, tempat Foe juga pernah bermain.

Menurut hasil otopsi, pemain kelahiran Nkolo, 1 Mei 1975 itu meninggal karena serangan jantung akibat pembengkakan ventrikel kiri. Menurut dokter, kondisi itu adalah bawaan sejak lahir. Selain itu, tes racun juga menunjukkan bahwa tidak ada jejak narkoba di sistem peredaran darahnya.

Setelah Foe meninggal, manajer Manchester City ketika itu, Kevin Keegan, langsung menyatakan bahwa nomor punggung 23 tidak akan lagi dipakaikan ke pemain lain sebagai tanda penghormatan untuk Foe. Bisa jadi pula Stade Gerland diberi nama ulang untuk mengingat Foe. Pun demikian dengan pemakaian nama Foe untuk salah satu tribun di stadion City of Manchester milik Manchester City.

Ketika ingatan akan Foe masih nyata, satu lagi pesepakbola meninggal di lapangan. Miklos Feher, pesepakbola Hongaria yang bermain di klub SL Benfica, Portugal, collapsed ketika bertandang ke kandang Vitoria Guimaraes, 25 Januari 2004. ketika Feher jatuh pingsan, pertandingan dihentikan selama 15 menit saat tim dokter berusaha menyadarkannya. Feher kemudian meninggal di rumah sakit.

Hasil otopsi menunjukkan bahwa Feher meninggal karena cardiac arrhythmia yang disebabkan oleh hypertrophic cardiomyopathy. Pendeknya, ada masalah di jantung feher yang menyebabkannya tewas. Kedua pemain di atas adalah contoh mereka yang meninggal di lapangan hijau. Kebetulan keduanya meninggalkan dunia melalui penyakit jantung. Namun, belum ada cerita apakah mereka “ menghantui “ tempat mereka menghadapi maut.

Ada satu pemain yang tewas di lapangan, namun bukan karena ada masalah di jantungnya. Tersebut nama John Thomson, seorang kiper yang bermain untuk Glasgow Celtic dan Skotlandia. Thomson lahir di Kirkclady pada 1909. Ia besar di kalangan Keluarga penambang di Fife. Kisah hidup indah yang semula membentang di hadapan Thomson terhenti saat Celtic bertandang ke kandang musuh sekota, Rangers, di Ibrox pada 5 September 1931.

Memasuki babak kedua, Thomson dan center forward Rangers, Sam English, sama-sama melompat untuk menanduk bola tinggi. Keduanya bertabrakan. Sakin kerasnya tabrakan itu sampai-sampai tengkorak Thomson retak karena terhantam lutut English. Thomson pun langsung tumbang. Semula, penonton di tribun mengira Thomson bisa bangkit lagi setelah tabrakan itu.

Tidak ada yang tahu bahwa saat itu juga Thomson berada dalam kondisi menghadapi sakratul maut, kecuali oleh orang-orang yang melihat langsung betapa parahnya cedera Thomson ketika itu. Thomson pun segera dibawa ke rumah sakit. Pertandingan dilanjutkan dalam situasi yang sangat tak mengenakkan dan berakhir dengan skor 0-0.

Di rumah sakit Victoria, pada pukul 21.45, Thomson pun menghembuskan napas terakhir. Saat itu, usianya baru 22 tahun. Thomson kemudian dimakamkan di pemakaman Umum Bowhill di Fife pada 9 September. Banyak sekali pelayat yang mengantar kepergian Thomson.

Menurut biografi Thomson, ada 30 hingga 40 ribu orang. Peti mati dibawa oleh para pemain Celtic. Di Ibrox ada bunga-bunga putih pada hari pemakamannya sebagai tanda penghormatan.

Pada 1993, akhirnya sebuah jalan di Fife diberi nama Thomson Court, sebagai kenangan atas John Thomson. Para suporter Celtic pun tidak ada yang melupakan Thomson, bahkan ketika abad telah memasuki angka 21. Makam Thomson di Fife masih selalu dikunjungi oleh suporter Celtic.memang, Thomson sulit untuk dilupakan, bahkan oleh Rangers sekalipun.

Kejadian terakhir yang masih kita ingat adalah ketika pemain belakang Sevilla Antonio Puerta meninggal dunia akibat serangan jantung. Ketika itu Puerta terjatuh di lapangan dan sempat sadarkan diri sebelum akhirnya kembali pingsan dan dibawa kerumah sakit. setelah tak sadarkan diri selama dua hari akhirnya Antonio Puerta menghembuskan nafas terakhirnya. Menurut teman-temannya di Sevilla, Puerta sering kali pingsan pada saat latihan tapi pada saat itu kami mengira ia hanya mengalami kelelahan.

Peristiwa yang seperti ini sudah sering kita lihat mudah-mudahan tahun yang akan datang peristiwa seperti ini jangan sampai terjadi lagi. Adanya peran dari klub ketika menyeleksi pemain yang akan direkrut jangan sampai klub mengalami peristiwa yang seperti ini lagi.

Tidak ada komentar: