Kamis, 10 Januari 2008

“The Doctor“ Valentino Rossi



Valentino Rossi lahir pada 16 februari 1979, di Urbino, Italia. Ia memenangkan GP pertamanya pada umur 17 tahun, titel kejuaraan dunia pertamanya pada umur 18 tahun, dan kejuaraan Motogp pertamanya pada usia 22 tahun. Putra dari mantan pembalap GP 250 cc Graziano Rossi dan Stefania Palma ini memegang banyak rekor dan prestasi yang diraihnya melampaui banyak seniornya. Ia kini membalap untuk Yamaha dan tinggal di London tengah.

Sewaktu kecil, ia hanya ingin jadi pembalap sepeda tercepat. Impiannya menjadi juara dunia. Tetapi, ia telah meraih lebih dari impian tertingginya: ia mendominasi berbagai kejuaraan, ia mematahkan lusinan rekor, ia mengoreksi batas kecepatan dalam dunia balap motor, dan ia menciptakan tren baru. Ia adalah dewa sirkuit motor, raja MotoGP, penguasa balapan motor.

Pada 2002, saat usianya baru 23 tahun, ia sudah mampu meraih sukses yang belum pernah dicapai siapa pun, memenangkan kejuaraan dunia untuk semua kategori : 125cc, 250cc, 500cc, dam MotoGP. Ia telah menang di level internasional dengan Aprilia, Honda, dan Yamaha.

Ia membalap dan hidup di luar nilai-nilai tradisi. Ia telah mengubah dengan cepat dunia balap motor, menjadi ikon dalam olahraga tersebut. Para pendukungnya mengikutinya di setiap sirkuit seolah ia adalah seorang rockstar.

Ia diidolakan oleh para gadis, para ibu, anak-anak dan orang dewasa, oleh para penggemar dan pengamat. Ratusan ribu pendukungnya berduyun-duyun memadati trek untuk mengikutinya. Jutaan lebih menontonnya di TV, di seluruh dunia.

Pada Mei 2005, ia menerima sarjana kehormatan di fakultas Sains Komunikasi dari Universitas Urbino di Italia. Kita layak berterimakasih atas keahlian berkomunikasinya yang hebat di mana ia telah berhasil dalam menembus batas-batas dunia balap motor.

Dalam karirnya sepanjang GP Rossi selalu memakai nomor 46, ia memakai nomor itu setelah menonton aksi seorang pembalap wildcard Jepang bernomor 46 di TV yang membuatnya terkesan. Apalagi nomor itu juga dipakai oleh Graziano Rossi, papanya ketika memenangkan lomba pertama dengan Morbidelli tahun 1979. Saat ini ia tetap memakai nomor 46 kebanggaanya itu dan tidak mengikuti juara dunia-juara dunia sebelumnya yang memilih berganti nomor 1 setelah mendapatkan titel juara dunia.

Rossifumi Julukan Rossi yang diciptakan oleh temannya saat Rossi membalap di kelas 125cc julukan ini tercipta karena Rossi kagum dengan pembalap Jepang yang khas dengan rambut panjangnya, Norick Abe yang saat itu berumur 17 tahun dan dengan gigih bertarung dengan Michael Doohan dan Kevin Scwantz dikelas 500cc, karena nama asli pembalap Jepang itu Norifumi Abe maka Rossi dijuluki Rossifumi. Valentinik Julukan ini berasal dari tokoh kartun Daffy Duck yang menjadi superhero yang di Italia bernama Paperinik. Julukan ini dipakainya pada saat membalap di kelas 250cc.

The Doctor Setelah naik ke kelas 500cc pada musim 2000 Rossi menjuluki dirinya dengan The Doctor karena membalap di kelas 500cc butuh keseriusan dan ia merasa dirinya bukan anak kecil lagi, selain itu ia juga menyukai ide sebagi illmuwan gila dan melakukan eksperimen edan, ia menganggap pantas memakai julukan itu setelah mendapatkan prestasi sebagai juara dunia.”Di balap 500cc kita tidak butuh superhero. Yang kita perlukan cuma tenang, kalem, dan pemikir seperti dokter,”ucapnya. Disamping itu, nama Valentino di Italia kebanyakan digunakan oleh para dokter.

Prestasi

1985 Go-kart pertama.

1989 Debut balap karting 60cc.

1990 Juara kejuaraan karting regional 60cc, menang sembilan kali.

1991 Peringkat 5 di Kejuaraan Junior go-kart Italia ; pertama terjun dalam balapan minimoto.

1992 Juara Italian minibike Endurance.

1993 Peringkat 12 Italian 125cc Sport Production championship, dengan motor Cagiva.

1994 Juara Italian 125cc Sport Production, dengan motor Cagiva.

1995 Juara nasional Italia 125cc; peringkat 3 125cc Kejuaraan Eropa; peringkat 11 di Kejuaraan, Spanish Open 125cc semuanya dengan motor Aprilia.

1996 Peringkat 9 Grandprix 125cc, Scuderia AGV, peringkat 10 kejuaraan Eropa 125cc dengan motor Aprilia.

1997 Juara Dunia Grandprix 125cc, Nastro Azzurro Aprilia, Meraih 11 kemenangan dari 15 balapan, Termasuk menjuarai GP di sirkuit Sentul.

1998 Runner up Grandprix 250cc, Nastro Azzurro Aprilia.

1999 Juara Dunia Grandprix 250cc, Aprilia Grand Prix.

2000 Runner up Grandprix 500cc, Nastro Azzurro Honda.

2001 Juara Dunia Grandprix 500cc, Nastro Azzurro Honda.

2002 Juara dunia Motogp, Repsol Honda Team.

2003 Juara dunia Motogp, Repsol Honda Team.

2004 Juara dunia Motogp, Gauloises Fortuna Yamaha team.

2005 Juara dunia Motogp, Gauloises Yamaha team.

Sumber: - "http://id.wikipedia.org/wiki/Valentino_Rossi"

- Otobiografi Valentino Rossi cetakan IV, PT. Cahaya Insan Suci,Jakarta, 2006

Kisah Tragis Pesebak Bola yang Meninggal Dunia




Masih ingat tragedi Marc-Vivien Foe? Pesepakbola Kamerun yang meninggal di lapangan sepakbola ketika membela Kamerun di piala Konfederasi 2003 melawan kolombia? Foe, yang ketika itu bermain di Manchester City, tewas karena serangan jantung.

Pada semifinal piala Konfederasi,26 juni 2003, saat pertandingan memasuki menit ke-72, Foe terjatuh dan meski medis langsung bertindak, nyawanya tidak tertolong. Ia meninggal sesaat setelah tiba di rumah sakit. Pertandingan itu dimainkan Stade de Gerland, markas klub Olympique Lyonnais, tempat Foe juga pernah bermain.

Menurut hasil otopsi, pemain kelahiran Nkolo, 1 Mei 1975 itu meninggal karena serangan jantung akibat pembengkakan ventrikel kiri. Menurut dokter, kondisi itu adalah bawaan sejak lahir. Selain itu, tes racun juga menunjukkan bahwa tidak ada jejak narkoba di sistem peredaran darahnya.

Setelah Foe meninggal, manajer Manchester City ketika itu, Kevin Keegan, langsung menyatakan bahwa nomor punggung 23 tidak akan lagi dipakaikan ke pemain lain sebagai tanda penghormatan untuk Foe. Bisa jadi pula Stade Gerland diberi nama ulang untuk mengingat Foe. Pun demikian dengan pemakaian nama Foe untuk salah satu tribun di stadion City of Manchester milik Manchester City.

Ketika ingatan akan Foe masih nyata, satu lagi pesepakbola meninggal di lapangan. Miklos Feher, pesepakbola Hongaria yang bermain di klub SL Benfica, Portugal, collapsed ketika bertandang ke kandang Vitoria Guimaraes, 25 Januari 2004. ketika Feher jatuh pingsan, pertandingan dihentikan selama 15 menit saat tim dokter berusaha menyadarkannya. Feher kemudian meninggal di rumah sakit.

Hasil otopsi menunjukkan bahwa Feher meninggal karena cardiac arrhythmia yang disebabkan oleh hypertrophic cardiomyopathy. Pendeknya, ada masalah di jantung feher yang menyebabkannya tewas. Kedua pemain di atas adalah contoh mereka yang meninggal di lapangan hijau. Kebetulan keduanya meninggalkan dunia melalui penyakit jantung. Namun, belum ada cerita apakah mereka “ menghantui “ tempat mereka menghadapi maut.

Ada satu pemain yang tewas di lapangan, namun bukan karena ada masalah di jantungnya. Tersebut nama John Thomson, seorang kiper yang bermain untuk Glasgow Celtic dan Skotlandia. Thomson lahir di Kirkclady pada 1909. Ia besar di kalangan Keluarga penambang di Fife. Kisah hidup indah yang semula membentang di hadapan Thomson terhenti saat Celtic bertandang ke kandang musuh sekota, Rangers, di Ibrox pada 5 September 1931.

Memasuki babak kedua, Thomson dan center forward Rangers, Sam English, sama-sama melompat untuk menanduk bola tinggi. Keduanya bertabrakan. Sakin kerasnya tabrakan itu sampai-sampai tengkorak Thomson retak karena terhantam lutut English. Thomson pun langsung tumbang. Semula, penonton di tribun mengira Thomson bisa bangkit lagi setelah tabrakan itu.

Tidak ada yang tahu bahwa saat itu juga Thomson berada dalam kondisi menghadapi sakratul maut, kecuali oleh orang-orang yang melihat langsung betapa parahnya cedera Thomson ketika itu. Thomson pun segera dibawa ke rumah sakit. Pertandingan dilanjutkan dalam situasi yang sangat tak mengenakkan dan berakhir dengan skor 0-0.

Di rumah sakit Victoria, pada pukul 21.45, Thomson pun menghembuskan napas terakhir. Saat itu, usianya baru 22 tahun. Thomson kemudian dimakamkan di pemakaman Umum Bowhill di Fife pada 9 September. Banyak sekali pelayat yang mengantar kepergian Thomson.

Menurut biografi Thomson, ada 30 hingga 40 ribu orang. Peti mati dibawa oleh para pemain Celtic. Di Ibrox ada bunga-bunga putih pada hari pemakamannya sebagai tanda penghormatan.

Pada 1993, akhirnya sebuah jalan di Fife diberi nama Thomson Court, sebagai kenangan atas John Thomson. Para suporter Celtic pun tidak ada yang melupakan Thomson, bahkan ketika abad telah memasuki angka 21. Makam Thomson di Fife masih selalu dikunjungi oleh suporter Celtic.memang, Thomson sulit untuk dilupakan, bahkan oleh Rangers sekalipun.

Kejadian terakhir yang masih kita ingat adalah ketika pemain belakang Sevilla Antonio Puerta meninggal dunia akibat serangan jantung. Ketika itu Puerta terjatuh di lapangan dan sempat sadarkan diri sebelum akhirnya kembali pingsan dan dibawa kerumah sakit. setelah tak sadarkan diri selama dua hari akhirnya Antonio Puerta menghembuskan nafas terakhirnya. Menurut teman-temannya di Sevilla, Puerta sering kali pingsan pada saat latihan tapi pada saat itu kami mengira ia hanya mengalami kelelahan.

Peristiwa yang seperti ini sudah sering kita lihat mudah-mudahan tahun yang akan datang peristiwa seperti ini jangan sampai terjadi lagi. Adanya peran dari klub ketika menyeleksi pemain yang akan direkrut jangan sampai klub mengalami peristiwa yang seperti ini lagi.